Home / Artikel

Jumat, 24 Januari 2025 - 16:54 WIB

ANGKATAN 66 DAN LOGIKA PRABOWO 

koransakti - Penulis

Oleh : DEDI ASIKIN

Koran Sakti.co.id- Ada satu dua teman saya bicara bisik bisik. Lirih dan nyaris tak terdengar.

Itu terjadi dalam riungan aktivis angkatan 66 di Bandung belum lama ini.

Kami mengadakan acara copy darat dalam rangka mengingat hari lahir Tritura 10 Januari , 58 tahun lalu.

Sambil temu kangen, pasti.

Usai menyimak sampe akhir bisik bisik teman itu, dapat saya tulis begini.

Katanya, ini logika sederhana saja.

Kalau tidak ada kita (angkatan 66) mungkin tidak ada Prabowo di tengah tengah kita Jadi presiden lagi.

Lho , kenapa emang ?

Kan perjuangan kita dulu dua hal yang berkelindan. Ada sebab dan akibat , cause and efect.

Kita menumbangkan orde lama dan menurunkan presiden Sukarno sekaligus kita mendukung Suharto naik ke tampuk kekuasaan.

Awal cerita, adalah seorang pejabat negara bernama Soemitro Djojohadikusumo (lahir di Gombong 9 Februari 1917).

Tahun 1957, setelah setahun menjabat Menteri Keuangan dalam kabinet Burhanudin Harahap, Soemitro Djojohadikusumo (ayahanda Prabowo) meninggalkan Jakarta, bersama keluarga pergi ke Bukittinggi Sumatera Barat . Dia mabur kerena sebagai politikus PSI (Partai Sosialis Indonesia, bukan partainya Kaesang) dia terlibat konflik politik dengan PKI yang didukung presiden Soekarno.

Di sana , dia bergabung dengan gerakan separatisme PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia).

Ia bertugas mencari bantuan keuangan dan senjata dari luar negeri . Kerena itu dia sedang berada di luar ketika tanggal 15 Februari 1958 PRRI dideklarasikan di Padang oleh ketua Dewan Perjuangan Ahmad Husein.

Dalam kabinet PRRI yang dipimpin Perdana Menteri Safrudin Prawiranegara, SDH diangkat menjadi menteri Perdagangan dan Perhubungan.

Selain SDH ada beberapa tokoh RI yang juga ikut bergabung pemerintahan separatisme itu.

Ada Safrudin Prawiranegara yang ditunjuk jadi Perdana Menteri dan Mentri Keuangan.Lalu ada Zulkifli Lubis, Dahlan Zambek, J.F. Warrow. Bahkan Burhanudin Harahap. Sementara Sutan Syahrir disebut mendukung PRRI.

Setelah PRRI ditumpas oleh tentara pusat yang dipimpin Kasad Abdul Haris Nasution, Sumitro Djojohadikusumo tidak kembali ke Jakarts. Dia dengan keluarga , terus mengembara di luar negri. Dia pernah di Malaysia, Thailand dan beberapa kali ke Eropa. Di Swiss bertemu St. Syahrir yang sedang dirawat di sana.

Dia (SDH ) lebih banyak di Singapura, bekerja sebagai konsultan.

Tahun 1967 presiden Suharto memanggilnya pulang ke tanah air.

Secara khusus, Suharto mengutus Ali Murtopo menemui di Singapore dan mengundang pulang.

Itulah yang terjadi SDH dan istri ( Dora Marie Sigar) serta 4 anaknya Biantiningsih Miderawati , Mariani Ekowati, Prabowo Subianto dan Hasyim Djojohadikusumo pulang ke tanah air.

Tahun 1973 diangkat menjadi menteri perindustrian dan perdagangan .

SDH memang seorang pakar ekonomi terbaik yang Indonesia punya.

Dia doktor (ekonomi) jebolan Sekolah Tinggi Ekonomi Rotterdam Belanda satu kampus dengan bung Hatta.

Baca juga :   PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (MODERN) SEBUAH KENISCAYAAN NEGERI AGRO MARITIM KRISIS PANGAN MALU MALUIN 

Tahun 1978 jadi Menteri Riset dan Teknologi.

Yang menarik hubungan mereka kemudian dipererat dengan kekerabatan.

Mereka besanan. Siti Hediati putri kedua Suharto menikah dengan putra ke tiga SDH, Kapten Prabowo Subianto, tahun 1983.

Berkat kekerabatan itu karier militer Prabowo melesat bagai sputnik. Tidak ada aral yang melintang. Bahkan menyalip beberapa seniornya. Jabatannya juga mentereng dan bergengsi.

Komandan jenderal kopassus dan Panglima Kostrad.Sekarang malah jadi presiden 08 Republik  Indonesia.

Logika sederhananya , kata teman teman saya begini. Berkat perjuangan angkatan 66, Suharto naik tahta jadi presiden. Berkat Suharto berkuasa meminta SDH pulang. Katindih ku kari kari kata urang Sunda mah.

Memang kami juga memahami bahwa semua yang terjadi pada kehidupan manusia adalah by design. Semua bukan kerena proses manusia, tapi by design Allah.

Tapi mbok Iyo to mas, masa melupakan kami.

Jelek jelek, aki aki ini pernah berbuat sesuatu. Sebuah rezim yang tangguh bak benteng China tumbang dan rezim lain naik Kami ini egonya, bagian dari sejarah bangsa ini.

Nyombong dikit nape.

Kami dulu berjuang untuk tegaknya Pancasila dan UUD45.PKI telah menelikung dari belakang. Menohok kawan seiring menggunting dalam lipatan.

Mereka lupa kacang akan kulit.Tidak punya berprinsip, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Sudah jelas mereka hidup di bumi Pancasila, eh malah mau membawa paham komunisme .

Kerena itu kami minta presiden Soekarno membubarkan PKI.

Kemudian kami juga minta harga harga kebutuhan pokok diturunkan.

Waktu itu ekonomi masyarakat sangat terpuruk. Selain mahal juga susah didapat. Butuh beras saja harus antri berjam-jam. Kondisi itu akibat embargo ekonomi oleh Amerika. Amerika benci komunisme, sementara kebijakan politik kita cenderung dekat dengan PKI. Maka Amerika tidak mau kirim bahan makanan dan senjata.

Kami juga melihat tubuh pemerintahan tidak efisien dan efektif. Kabinet Dwikora II terlalu gemuk. Kabinet itu kami juluki kabinet seratus menteri.

Dan kerena itu kami minta kabinet Dwikora II dirombak.

Ketiga prinsip itu kami kemas kedalam bingkai Tritura.Tiga Tuntutan Rakyat.

1. Bubarkan PKI,

2. Turunkan harga dan

3. Rombak Kabinet Dwikora II.

Dalam Perjuangan itu kami bergandengan tangan dengan TNI ( waktu itu namanya ABRI).

Tokoh tokoh kesatuan aksi seperti Akbar Tandjung, Cosmas Batubara , Fahmi Idris, Sofyan Wanandi, Soei Hok Gie dll , sering bertemu dan bersepakat dengan orang orang Suharto semisal, Ali Murtopo, Sudjojono Humardani Alamsyah dll.

Dan Perjuangan itu berhasil. Logika sederhana tentang keberadaan Prabowo Subianto yang sekarang jadi presiden seperti ini :

Kami berjuang menumbangkan orde lama dan menurunkan presiden Sukarno.

Baca juga :   RAME RAME MINTA TAMBAH ANGGARAN 

Suharto naik tahta.

Soemitro Djojohadikusumo dijemput pulang.

Prabowo ikut dan sekarang tandang jadi presiden.

Sebuah proses yang pasti ada tangan Tuhan disana. Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia sesungguhnya bukan hal tiba tiba. Itu semua by design. Rencana Allah.

Kami juga tidak hendak menuntut apa apa kepada presiden Prabowo.

Kami tidak berharap mendapat jatah kursi menteri atau jabatan kepala badan.

Kami hanya ingin pemerintah ini bekerja untuk kesejahteraan masyarakat.

Kami tidak skeptis atas janji presiden Prabowo untuk mensejahterakan rakyat. Itu memang tujuan kita merdeka.

Membangun kesejahteraan masyarakat. Dan kami percaya pada integritas kebangsaannya.

Tapi kami boleh dong, trauma oleh masa lalu.

Dalam sepuluh tahun terakhir ini kondisi negara hampir sama dengan tahun 1966.

Harga harga kebutuhan pokok masyarakat cenderung pluktuatif. Sering naik jarang turun.

Nilai dollar sudah setahun lebih ngawang ngawang diatas Rp.15.000/PDA.

Pajak digenjot. Pajak rakyat menyumbang APBN terbesar. Setiap tahun lebih dari 70%. PPN mau naik jadi 12%. Korupsi semakin menggila.

Ada korupsi tambang timah dengan nominal Rp.300 trilyun, eh hukumannya rendah bener. Tak bakal ada efek jera. Pulang dari Sukamiskin mereka tetap kaya raya. RUU penyitaan aset macet di DPR.

Ada pendapat , para legislator kapok. Takut senjata makan tuan. Dulu , mereka mengesahkan UU KPK. Yang terjadi,eh, orang yang pertama dijerat UU itu justru anggota DPR sendiri.

Sompret, godverdome kurang ajar. Itu yang namanya, senjata makan tuan. Orang Sunda bilang, tamiang meulit ka bitis.

Kemarin ada temuan ICW, ada dugaan korupsi senilai Rp.500 trilyun dibalik Proyek Strategi Nasional ala Joko Widodo.

Ada lagi kasus penipuan dengan dalih investasi. Tapi ternyata itu proyek Bodong. Tipu Pidin.

Ratusan ribu masyarakat yang ikut berinvestasi kena tipu.

Konyolnya,ratusan triliun uang rakyat di beberapa bank yang diblokir , raib tak jelas belantaranya.

Aneh bin ajaib negeri antah berantah ini.

Tak ada pegangan yang pasti bagi rakyat. Juga, tak ada proteksi dari negara.

Prabowo harus membongkar dan menghentikan semua gejala yang gila itu.

Jangan sampai kami harus hadir lagi dengan slogan “Tritura jilid dua”.

Tanyalah Menkokesra Muhaimin Iskandar. Dia pasti balik bertanya, ” Apa gak bahaya ta ?

Ya bahayalah cak.

Pokoke pak Prabowo dan pasukan, jangan niru cara pak guru Mulyono, alus mimiti goreng tungtung. Lancar permulaan, kusut masai kemudian.

Pokoke pula pak Prabowo harus tahu aki aki ini ibarat macan turu.

Bisa bangun lagi sambil mengaum dan menggotong bendera Tritura jilid dua.

Nilai nilai atau marwah kejuangan akan kami wariskan kepada generasi penerus.

Mereka harus selalu tampil ditengah penderitaan rakyat.***

Berita ini 47 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Artikel

Noviar Zen For Walikota Sungai Penuh 2024

Artikel

JOKOWI DITENDANG HASTO DIGELANDANG 

Artikel

MAKAN BERGIZI GRATIS GITU AJA REPOT 

Artikel

LAPOR WAPRES MEMBLUDAK, KETUA REMBUG EKSPONEN 66 SEMPAT PINGSAN

Artikel

MENGGUGAT MORATORIUM (DOB), DISKRESI YANG KEBABLASAN 

Artikel

ESG dalam Konteks Global dan Relevansinya dengan Industri 5.0

Artikel

RIDWAN KAMIL PASRAH DAN TAWAQALLAH MEMAHAMI AL IMRON 159.

Artikel

PRABOWO AWAS OVERLOAD