Oleh : DEDI ASIKIN
Koran Sakti.co.id, Bandung- Ada banyak kekuatiran terhadap rencana dan program kabinet merah putih. Khawatir overload. Teu kapanggul.
Coba saja mulai dari makan gizi dan susu gratis, sekolah gratis, kesehatan gretong, subsidi perusahaan angkutan, bebaskan utang 6 juta petani dan nelayan, gak mau ada penduduk diatas 60 tahun yang masih narik beca.
Pokoknya keren sekali, dan rakyat suka. Katanya 85% penduduk puas.
Ketika mas presiden benar benar teken,( tanda tangani), apa itu, perpres atau kepres tentang pembebasan 6 juta utang macet (puluhan tahun) petani, nelayan dan UMKM, rakyat bersuka cita, seraya memuja muji pak jendral.
Ketika ada yang bilang, jangan jangan duitnya dapat ngutang, yang lain bilang, biar saja gak usah dikuat kait masalah utang. Itu mah urusan pemerintah. Yang penting rakyat kecil bahagia, tidak dikejar kejar yang nagih.
Sampai segitunya juga, gak elok tuh.
Utang itu harus dibayar. Kenyataan pemerintah tak ada yang tanggung jawab.
Setelah selesai berkuasa 5 a 10 tahun melenggang pulang, boro boro bayar utang. Salah satunya presiden Jokowi. Setelah nganjuk sana ini sekitar Rp 5.700 trilyun ( warisan SBY Rp.2.700 dia baikan sampai Rp.8.400 ton) , enak aja melenggang pulang, dengan wajah tanpa dosa.
Ujung ujungnya rakyat juga yang harus bayar. Kalau tidak kita, pastilah anak incu yang katempuhan.
Keniscayaan pemerintahan Prabowo Gibran melanjutkan, meneruskan warisan ngutang sudah terdengar indikasinya. Presiden 08 itu sudah bilang mau menaikan ratio utang terhadap PDB mencapai 50%.
Dalihnya seperti sering dibilang menkeu Sri Mulyani Indrawati ratio utang itu maksimal 60%.Dan itu diatur dalam UU. Dengan utang yang ditinggal Jokowi rationya baru 39%. Jadi Pragib masih bisa tambah sekitar 3 atau 4 ribu trilyun sampe ratio utang : PDB 50%.
SMI lupa bahwa persoalannya bukan soal ratio, tapi soal kemampuan membayar.
Tahu tidak ? , untuk membayar UJT (Utang Jatuh Tempo) sudah diputuskan dalam UU APBN 2025 (made by Jokowi) akan mencari pinjaman Rp.775 trilyun. UJT nya sendiri Rp.800,03 ton.
Kekurangannya bisa ditutup dengan SAL (Sisa Anggaran lebih) Rp.314 ton.
Soal bagaimana dan kemana cari anjukan,serahkan kepada SMI. Itu mah dia jagonya. Makanya SMI dipasang lagi. Jago ngutang itu kembali tandang.
Sawan kursi dia, sudah duduk lupa berdiri.
Ngutang lagi, ngutang lagi.
Prabowo overload awas.
Nanti ibarat mobil melebihkan muatan, bisa mundur di Sitinjau Aluih, tanjakan dan tikungan ekstrem di jalur Pandang ‘ Jambi dan masuk jurang.
Alamak kasian rakyat katempuhan buntut ucing. ***















