Home / Artikel

Selasa, 4 Februari 2025 - 06:24 WIB

BIOGRAFI PROF DR KRISNA HARAHAP SH MH SEBUAH PENOMENA

koransakti - Penulis

Oleh :DEDI ASIKIN

Koran Sakti.co.id- Saya sempat terkejut dan terkaget, ketika Jumat lalu, Erman Heri Rustaman (Sekretaris Redaksi Koran Mandala) menelpon saya. Katanya saya diminta kontak Prof Krisna Harahap (pemimpin umum koran Mandala).

Ketika saya kontak, subhanallah, kabar gembira (buat saya).

Dua tahun lalu, saya bersama Haji Omay Komar bertemu beliau di rumahnya Kebon Jeruk Bandung Utara.

Ketika ngobrol panjang lebar ngalor ngidul, saya mengusulkan untuk membuat biografi beliau.

Saya merasa perjalanan hidupnya sangat menarik.

Ada aspek keteladan, inspiratif dan inovatif.

Bayangkan dari Wartawan, guru besar, lalu jadi Hakim Agung (adhock) di Mahkamah Agung.

Jabatan itu dipegang nya selama 17 tahun (dari 2004 sampai 2021).

Suatu hal yang sangat jarang Jadi beralasan jika saya sebut seorang yang penomenal.

Tapi beliau menampik usul saya itu.

Begitu juga dalam beberapa kali bertemu sesudahnya.

Selalu menggeleng kepala kanan kiri.

Tanda masih mboten kerso. Dan tentu saya tak bisa memaksa. Itu hak yang sangat privasi. Saya menilainya dari aspek hidup dengan adab dan santun yang tinggi. Tidak mau menonjolkan diri. Ya sudah sampai akhirnya saya terlupa.

Baca juga :   JAMBORE dan BHAKTI SOSIAL, APEL SIAGA TAGANA PROVINSI JAMBI TAHUN 2022

Nah maka ketika kemarin beliau menyatakan oke, saya hampir meloncat, kaget, tapi juga gembira.

Jawaban saya spontan saja,” siap Prof”.

Lalu sepakat ketemu dalam beberapa hari kedepan. Beliau akan mengabari saya.

Habis itu tinggalah saya yang termenung sendiri.

Ada perasaan bingung juga disitu.

Pertama apa yang harus saya tulis?

Saya memang senang menulis. Selain article, juga ada 5 buku yang sudah saya tulis.

Yang pasti saya belum punya pengalaman menulis biografi seseorang.

Selain itu yang pasti saya tidak pernah tertarik menulis tentang ilmiah. Tulisan yang penuh analisa ilmiah. Dalil dan rumus rumus.

Kerena itu saya harus mengakui saya bukan penulis profesional.

Kata Kingsley Amis noveler terkemuka Inggris, penulis sejati (profesional) mesti mampu menulis tentang apapun.

Tapi kemaren saya sudah terlanjur bilang oke boss.

Jadi tak bisa mundur lagi.

Padahal banyak hal yang harus saya lakukan. Pertama wawancara dengan objek tulisan (yang bersangkutan). Padahal jarak tinggal kami berjauhan. Saya di Tasik, Prof Krisna di Bandung. Mungkin harus beberapa kali bertemu.

Baca juga :   RAME RAME MINTA TAMBAH ANGGARAN 

Saya juga harus bertemu dan mewawancarai beberapa orang nara sumber yang dekat dan tahu tentang tokoh tulisan.

Padahal secara fisik kerena faktor U saya sudah tidak mampu melakukan tugas liputan.

Selain itu Prof Krisna sendiri bukan orang diam. Meski sudah pensiun beliau masih aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi.

Juga menulis buku.

Jadi ada juga kendala teknis.

Sementara itu, jujur saya juga khawatir dengan kondisi fisik.

Yang pasti dengan usia 85 tahun tak bisa menolak dibilang sudah udzur.

Memang begitu adanya.

Sudah super lansia.

Jikapun Tuhan memberi kesempatan dan saya bisa menyelesaikan pekerjaan ini, inilah karya saya yang terakhir.

Semoga tercapai janji saya akan menulis sampai maut menjemput.

Mohon doa dan maphum kepada semua kerabat sahabat dan keluarga.

Billahi taufik wal hidayah.***

Berita ini 13 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Artikel

KASUS INVESTASI BODONG DITANGAN KEJAGUNG 

Artikel

KEMENTERIAN PENDAPATAN NEGARA PANDAILAH MENDAPAT BUKAN HANYA MENYIKAT

Artikel

KORUPSI SE JAGAT RAYA 

Artikel

Purba Sangka dan Purbakala Kampanye Pilkada

Artikel

USTADZ JUGA MANUSIA 

Artikel

HARI ANAK SEJAGAT RAYA HAK BERTAHAN HIDUP, BEBAS EKSPLOITASI DAN KEKERASAN 

Artikel

LUHUT BILANG UANG PEMERINTAH BANYAK, BANYAK DARI HONGKONG ?

Artikel

Dilema Penegakan Hukum Korupsi: Saat Rasa Keadilan Dikalahkan oleh Putusan yang Lemah