Home / Artikel

Kamis, 8 Mei 2025 - 02:48 WIB

Koran & Tarbiyah Santri

koransakti - Penulis

Penulis: Dwi Arifin (Kepala Pusat Pengembangan Relasi Media Massa Organisasi Profesi Jurnalis Independen Bersatu)

Koran Sakti.co.id, Bandung- Mohammad Achmad Sahal Mahfudh, ulama kelahiran 17 Desember 1937  yang meninggal dunia pada 24 Januari 2014 adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 2000 hingga 2014. Sebelumnya selama dua periode menjabat sebagai Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sejak 1999 hingga 2014.

Dikutip dari NU Online, dijelaskan Kiai Sahal sempat belajar di Pesantren Bendo Pare pada tahun 1953-1957, Kediri, di bawah asuhan Kiai Muhajir. Kiai Muhajir adalah seorang yang istiqomah mengajarkan kitab karya Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin. Di pesantren inilah Kiai Sahal berkenalan dan mendalami ilmu tasawuf.

Baca juga :   Aneh, ISMA yang Punya Kegiatan, kok Pemerintah yang Disalahkan

Saat menjadi santri Pesantren Bendo pula Kiai Sahal pernah membuat teman-temannya murka kepadanya karena ia berlangganan koran dan membacanya di pesantren. Padahal waktu itu, santri dilarang membaca buku-buku yang selain dari kitab yang disediakan di pesantren. Setelah ia ketahuan, kemudian teman-temannya melaporkannya kepada Kiai Muhajir.

Kiai Sahal dipanggil dan ditanyai Kiai Muhajir mengapa ia membaca koran sesuatu yang dilarang di pesantren tersebut. Kiai Sahal beralasan bahwa dengan membaca koran, santri bisa mengetahui informasi terkait dengan perkembangan zaman. Kalau seandainya santri tidak melek informasi, maka mereka akan mudah diombang-ambing oleh zaman dan perkembangan. Setelah mendengar jawaban Kiai Sahal tersebut, Kiai Muhajir malah meminta Kiai Sahal untuk bersedia membacakan berita untuknya.

Baca juga :   RETREAT, BUKAN DOMBA GARUT 

Berdasarkan kisah tersebut, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang sinergis melalui peran media massa / koran dengan tarbiyah santri. Koran direkomendasikan sebagai bahan bacaan untuk tambahan wawasan bagi para santrinya. Pesantren bersikap terbuka atau peduli terhadap informasi pekembangan zaman / lingkungan di luar pesantrennya. Serta santri yang berupaya menambah pengetahuanya dengan belajar dari sumber lain di luar pesantren, dibolehkan atau didukung oleh guru atau Kyainya.

 

Berita ini 9 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Artikel

SANTRI ITU PEJUANG

Artikel

HARI DHARMA SAMUDERA MEWARISKAN HEROISME JALASVEVA JAYAMAHE 

Artikel

PT Timah Dorong Kemandirian Disabilitas Lewat Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan

Artikel

COMMANDER CALL DARURAT, ADA BANTENG KEBURU MELONCAT 

Artikel

BERGURU TANI KE THAILAND 

Artikel

LEBARAN, WUJUD KASIH SAYANG 

Artikel

BOIKOT ISRAEL

Artikel

MAKAN BERACUN GRATIS