Oleh : DEDI ASIKIN
Koran Sakti.co.id- Ketika mendengar kabar ustadz Miftah Maulana Habiburahman mundur dari jabatannya utusan khusus presiden bidang Kerukunan Ummat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan respon seketika kami di group diskusi Ngadu Bako adalah ucapan alhamdulillah.
Ada dua hal positif yang kami lihat. Pertama persoalan segera selesai. Kedua ada aspek budaya yang muncul yaitu budaya mundur.
Kebiasaan itu selama ini nyaris tak pernah terjadi di republik ini.
Ustadz Miftah mengaku langkah itu merupakan keputusan sendiri tidak ada permintaan atau tekanan dari manapun. Ia mengaku latar belakangnya kerena ia sangat cinta dan hormat kepada presiden Prabowo.
Walaupun memang ada bocoran dari istana bahwa presiden Prabowo menegur Gus Miftah dan menyuruh minta maaf kepada korban (pedagang es teh).
Persoalan mereka (Gus Miftah dan Sunhaji) sudah selesai. Gus Miftah sudah mendatangi rumah Sunhaji di Magelang dan minta maaf. Pun demikian Sunhaji sudah bertandang ke pondok pesantren Ora Aji menemui Gus Miftah.
Mereka tampak sudah akrab dan bercanda ria.
Sekadar mengendurkan reaksi publik dan marah orang, ustadz Miftah itu termasuk pendakwah yang suka bercanda. Ngomongnya ceplas ceplos nyaris kurang kendali.
Lagian, banyak orang yang senang mengikuti ceramah yang dicampur joke joke.
Ngaji sekalian dengar lawakan.
Gus Miftah juga dikenal sebagai ustadz kontroversial.
Ia lebih suka ceramah ditempat tempat kurang baik, di tempat pelacuran,club malam atau lembaga pemasyarakatan.
Kasus yang dianggap penghinaan kepada pedagang es teh itu sempat memicu amarah publik.Nitizen dan medsos sibuk mengunggah postingan yang memancing emosi publik.
Sempat muncul petisi yang tidak jelas siapa yang memulai. Tapi desakan agar Miftah Maulana Habiburahman mundur atau dipecat dari jabatan sebagai utusan khusus presiden bidang Kerukunan Ummat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan mendapat dukungan masyarakat. Dalam sehari, menurut Liputan 6 ada 246 ribu orang. Tapi kata Ade Armando ada 302 ribu orang.
Wallahu alam, dan biarlah soal beda jumlah mah, biasa.
Apapun adanya, memang olok olok Gus Miftah tidak selayaknya terjadi.
Dalam islam ada beberapa ayat dan hadist yang melarang berkata tidak baik dan melukai perasaan orang lain :
– Dilarang menyembunyikan barang orang lain,
– Jangan membuat takut orang ( keduanya HR ABUBDAWUD),
– Dilarang berkata buruk (QS Al Isra 53),
– Dilarang mengolok olok ( QS at Taubah 65).
– Tapi Ustadz Miftah juga manusia yang bisa rem blong dan masuk jurang.
– Yang kami puji adalah sikapnya yang kesatria. Segera mengakui kesalahan dan minta maaf.
Kata Imam Syafei , kalau mau menasehati cukup berdua saja, kalau didepan orang banyak namanya mempermalukan.
Ternyata Gus Miftah bersedia mundur dari jabatan yang baru diemban satu bulan. Padahal itu jabatan bergengsi. Kata Efendi Gazali setingkat menteri. Gus Miftah juga belum mendapat apa apa. Gajinya (yang Rp.18 juta) , rumah dan mobil belum dia terima.
Bukan hanya kami di group diskusi Ngadu Bako yang terkesima. Presiden Prabowo juga m memujinya sebagai kesatria.
Budaya mundur memang baru mimpi bangga kita.
Sekedar contoh di Jepang misalnya. Beberapa tahun lalu, menteri perhubungan mundur mundur gara gara sebuah pesawat terbang swasta terjerembab ( jatuh) di tengah hutan.
Padahal meski ada humen eror, pasti bukan dia.
Di Indonesia ? Boro boro.
Diteriakkin rakyat suruh mundur, haben nagen. Sawan kursi, sudah duduk lupa berdiri.
Baru mundur kalau kena resafel. Atau kena OTT digusur ke gedung bundar (kejagung) atau ke gedung Merah Putih ((KPK) dan dipaksa pake rompi orien.
Tapi aturan Allah tak selamanya musibah itu bikin susah.
Bagi Sunhaji misalnya, musibah itu ternyata membawa barokah.
Paska kejadian itu dia memetik rezeki yang tidak disangka sangka. Rumahnya di Magelang dikunjungi banyak orang. Selain menyampaikan empati, bantuan pun mengalir. Bahkan Ian Arifin seorang konten kreator terbang dari Pekanbaru dan menyerahkan bantuan Rp.300 juta. Sebelumnya juga ada yang memberi Rp.100 juta dan beberapa lainnya.
Cukup buat dia bikin usaha yang lebih bermartabat dan prospektif.
Itulah kalau Tuhan menghendaki, semua bisa terjadi. Tak bisa dihalangi lagi. ***