Oleh : DEDI ASIKIN
Koran Sakti.co.id- Secara umum diketahui bung Tomo atau Soetomo itu seorang pahlawan yang mengobarkan perang Surabaya melawan tentara sekutu. Cuma klub kantor merdeka orang yang tahu bahwa pemeran pekik merdeka atau mati itu pernah menjadi wartawan.
Lahir 3 Oktober 1920 ia berhenti sekolah lepas selesai SMP. Sebenarnya orang tuanya mampu membiayai anaknya terus sekolah. Ayahnya bekerja di kota praja Surabaya sementara ibunya usaha sebagai agen mesin jahit.
Tapi Tomo mau hidup sendiri. Tidak mau membebani orang tua terus terusan.
Ia memulai usaha dengan jualan koran. Tiap hari dia jual tu koran hebel. Lama lama tertarik jadi wartawan. Pada usia 17 tbundijadi wartawan Soeara Oemoem di Surabaya.
Setahun kemudian menjadi redaktur mingguan EXPRESS dan pembuat pojok harian berbahasa Jawa Semangat Rakyat. Tiga tahun kemudian diangkat jadi kepala perwakilan LKBN ANTARA Jawa timur Surabaya. Insting warganya kuat menyuarakan ketidak adilan pemerintah dan tentara kolonial. Waktu pemerintahan Jepang dia bekerja sebagai wartawan dan penyiar radio Domei milik tentara Jepang
tentara Inggris masuk surabaya lewat @Ambarawa. Tugasnya mewakili sekuru melucuti tentara Jepang yang jadi pecundang perang (dunia ke II).
Tanggal 27 Septembsr mereka sampai di Surabaya. Pada waktu itulah Bung Tomo mulai debutnya sebagai seorang pejuang. Seruannya melalui radio didengar oleh telinga para pejuang. Mereka adalah laskar santri yang berduyun dari berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan ada yang dari Jawa Barat. Dari tatar Sunda itu ada dua pasukan yang berangkat dengan kereta api. Dari Babakan Ciwaringin dipimpin kiyai Amien Sepuh dan dari Banten dipimpin kiyai saat itulah bung Tomo tampil dengan debutnya sebagai orator dan pendorong semangat
Lewat radio, dia sampaikan bahwa dalam mempertahankan kemerdekaan itu hanya ada dua kata, merdeka atau mati. Seruan itu didukung oleh turunnya resolusi jihad yang dikeluarkan oleh PBNU yang dipimpin KH Hasyim Asy’ari . Resolusi yang disepakati seluruh kiyai NU se Nusantara itu intinya menyebut, perang melawan penjajah itu wajib hukumnya memahami wajib itu mempunyai resiko dosa jika tidak dilaksanakan.
Nah itulah yang melecut semangat juang arek arek Suroboyo ditambah laskar-laskar pejuang seperti laskar santri itu.
Bambu runcing lawan mitraliur
Dalam perang Surabaya itu ada perbendaharaan senjata yang baru lahir saat itu. Namanya, bambu runcing. Dirancang dan dan diciptakan seorang kiyai dari Temanggung bernama Soebkhie
Bambu runcing itu berupa sebatang bambu yang diusungnya dirancapkan besi yang dibikin runcing Jangan salah bambu runcing itu tenyata menjadi senjata yang sakti.
Ratusan tentara Inggris dengan senjata modern sebangsa Canon dan menjadi mitraliur bisa berjungkalan diterjang bambu runcing yang dilemparkan laskar pejuang itu.
Ada beberapa kiyai yang memiliki karomah dan ilmu kanugaran bisa menjadi senjata bambu runcing itu menjadi sangat mematikan
Katanya , Wallahu alam bissawab, jika sebuah senjata bambu runcing digoyang goyang puluhan serdadu inggris bisa bertumbangan dari atas truk yang mengangkut mereka
Tanggal 30 Oktober 1940 panfl Ma war british army brigadier general Malaby mati di Medan perang.
Ada versi tentang itu. Pertama disebutkan mati tertusuk bambu runcing yang dilempar laskar pejuang. Isu kedua mati terkena percikan granat yang meledak ditangan tentaranya sendiri. Yang pasti kejadian itu membuat tuan tuan mancung itu berang bukan kapalang. Tanggal 9 Nopember mereka mengancam supaya para pejuang menyerah dan meletakan senjata.
Tapi ancaman itu dijawab dengan teriakan bung Tomo, merdeka atau mati
Yang terjadi perang besar besaran bambu runcing lawan mitraliur. Yang terjadi berikutnya, seluruh tentara Inggris mundur pulang ke India, pangkalan tentara sekutu.
Dan tanggal 19 Nopember kemudian ditetapkan sebagai hari pahlawan.
Dirgahayu 80 tahun NKRI. ***