Oleh :DEDI ASIKIN
Koran Sakti.co.id- Kasus PIK2 yang sedang trending kini, benar benar ngeri ngeri ngeri.
Jika saja Presiden Prabowo tidak (berani) membatalkan itu proyek PSN yang diputus suhu politiknya (presiden Joko Widodo), bisa bisa orang Banten benar benar akan memberontak.
Jika ditanyakan ke ketum PKB yang sekarang jadi Menko,(Kesra) , pasti dia balik bertanya :
Lah gak bahaya ta ?
Orang Banten yang kesohor jawara itu memang pemberani. Para petani saja tercatat 3 kali melakukan pemberontakan. Yang dilawan bukan dorlok senjata yang harus dicolok, baru ngajeledor. Tapisenjata modern sekelas meriam.
Semenatara para pemberontak menggunakan senjata seadanya, bedog , arit. Bahkan ketapel.
Pemberontakan petani itu menurut literasi yang saya temui terjadi tahun 1850, 1888 dan 1926.
Tapi yang saya punya catatan agak lengkap dan seru kejadian yang tahun 1888. Yang 1850 buram dan 1926 ada keterlibatan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tapi waktu itu mah PKI masih murni berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bukan yang seperti 30 September 1965. Itu mah menohok kawan seiring, menggunting dalam lipatan. Menghianati Pancasila.
Perisitiwa 1888 disebut juga Geger Cilegon. Kerena terjadinya memang di Cilegon 9 Juli 1888.
Cilegon waktu itu menjadi tempat bermukim banyak elit Belanda dan priyayi pribumi.
Kejadian itu 5 tahun setelah letusan gunung Krakatau di Selat Sunda tahun 1883, yang disertai tsunami. Beberapa tempat seperti Merak,Malingping dan Anyer hancur.
Yang paling hancur tentu saja pulau Rakata dimana gunung Krakatau berada. Pulau Rakata, digambarkan sejarawan Sartono Kartodirdjo dalam buku “pemberontakan petani Banten” seperempatnya hancur luluh hanya menyisakan sebuah caldera. Lalu disusul pulau panjang ( Rakata kecil) dan pulau Sertung.
Kemarahan warga petani Banten yang didukung beberapa kiyai dan haji selain kerena kesengsaraan dan kelaparan juga dipicu oleh perlakuan pemerintah kolonial :
– Tiba tiba ada peraturan pajak yang memberatkan. Berbagai macam pajak, perdagangan, pasar, sewa rumah, pintu gerbang dll.
Jadi ingat rame rame menolak kenaikan PPN jadi 12% oleh pemerintahan Prabowo Gibran mulai Januari 2025 , interupsi Sultan Syahid.
– Terjadi pencaplokan tanah rakyat untuk dijadikan perkebunan yang jadi ikon ekonomi Belanda
Aguan berguru dari tuan mancung , mencaplok tanah untuk proyek PSN PIK2, celetuk Cecep Juanda.
– Ada larangan masyarakat dalam mengumandangkan shalawat nabi atau puji pujian di masjid, tidak boleh dengan suara keras.
Ini yang ditiru Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas, melarang adzan pake speaker, sela Iwan BK.
– Selain itu ada pula perintah membunuh binatang hewan, walaupun tidak sakit. Alasannya mencegah menyebarnya penyakit sampar hewan.
Semua perlakuan kejam dan tidak adil itu sudah sampai di ubun ubun penduduk yang umumnya para petani.
Maka tanggal 8 malam, mereka yang berdatangan dari Merak, Malingping, Serang dll ramai ramai menuju Cilegon. Jumlahnya ratusan, dipimpin oleh H.Wasid, H.Tubagus Ismail, Lurah Jasim,
H.Usman dan J. Abdul Gani.
Senjata yang mereka masing masing , ada bedog ( golok ) kelewang, arit dll, senjata tradisional.
Pagi hari mereka sampai di Cilegon.
Pemberontakan itu berhasil dipadamkan setelah didatangkan bantuan sepasukan tentara dari Jakarta.
Korban banyak terjadi di kedua pihak.
Yang terbanyak dikalangan pemberontak. H. Usman,H. Abdul Gani Lurah Jasim, dan H. Usman tewas ditembus peluru Belanda. H. Wasid katanya dihukum gantung. Yang selamat dibuang ke beberapa tempat.
Korban meninggal saat kejadian ada 30 orang.
Pemberontakan petani Banten itu baru tuntas sama sekali , tulis sejarawan Sartono Kartodirdjo, tanggal 30 Juli 1888.
Mereka akhirnya menyerah kalah , tetapi sempat menorehkan sejarah.
Sartono menyebut Banten itu daerah yang paling rusuh dan banyak menciptakan perang melawan tentara kolonial.
Mengacu apa yang disajikan sejarawan Sartono Kartodirdjo, ada ;
– Perang gerilya yang dilancarkan Sultan Ageng Tirtayasa menyerang Batavia dari darat dan laut
– Perang laut di Pontang,
– Tragedi Balukbuk,
– Pengepungan Tanjung Barangbang,
– Pengepungan perairan Gosong Bugang,
– Pertempuran Karawang,
– Perang Saudara 1682 yang mengakhiri kesultanan Banten dan jatuh ke tangan VOC,
– Selain itu terjadi beberapa kali perlawanan rakyat kepada kolonial Belanda. Ada :
– Peristiwa Usuf tahun 1851,
– Peristiwa Pungut 1852,
– Kerusuhan Kolelet 1866,
– Kasus Djajakoesoema 1869,
– Sampai akhirnya terjadi Geger Cilegon yang bikin geger 1888.***