Oleh : DEDI ASIKIN
Koran Sakti.co.id, Bandung- Ada banyak yang tanya kepada saya siapa Thomas Sitepu itu ?
Pertanyaan itu muncul setelah saya sebut nama dia dalam tulisan saya terakhir, kasus dana Investasi yg dituduh Bodong itu raib dalam status diblokir Kementerian Perdagangan.
Saya pikir yang bertanya itu pasti generasi melineal atau yang lahir pasca 1980.
Pasalnya nama Thomas itu muncul dalam garakan 1966 menurunkan Presiden Soekarno.
Saya ketemu dan kenal di tempat demo.
Saya hadir disana dalam dua fungsi. Pertama sebagai wartawan Harian KAMI yang diterbitkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Fungsi kedua saya juga hadir sebagai pendemo. Waktu itu saya menjabat Ketua Musyawarah Cabang SSPTT Kotamadya Bandung, dan ikut demo dari Kesatuan Aksi Buruh.
Thomas Sitepu salah seorang demonstran dari Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).
Dia selalu ikut dan menonjol dalam barisan KAPPI.
Dan disitulah kami berkenalan.
Kami ketemu lagi sama sama akan dicalonkan Sekber Golkar sebagai anggota DPRD Jawa Barat dalam pemilu 1971.
Tapi saya menolak, sementara TS terus dan dalam usia 23 tahun; terpilih menjadi anggota DPRD 2 periode (1971-1981).
Sebagai wartawan saya tahu bagaimana sepak terjang TS selanjutnya. Dia anggota yang vocal dan berani menyatakan aspirasi rakyat. Sebagai anggota DPRD, dia sering ikut demo bersama, mahasiswa atau buruh.
Tahun 1981 dia pergi ke Jakarta. Seorang diri dia berusaha ketemu Presiden Suharto. Sebenarnya waktu itu tanggal 16 Februari 1981 ada 20 orang dinas ke Karawang dan berencana ke Jakarta. Secara mendadak mereka sepakat ke istana. Tapi ketika melihat penjaga istana serem serem, anggota DPRD yang lain pada menghilang.
Jadi TS nekad masuk seorang diri.
Tapi hanya berhasil ketemu Mensesneg Murdiono. Itupun setelah sempat dipukuli petugas pengawal presiden.
Kepada presiden, lewat mensesneg TS menentang poster fakta pemakaian atap asbes yang diperintahkan presiden untuk proyek Inpres ( SD, Pasar) dan perumahan rakyat dan proyek APBN
Kenapa ?
Kerena kebijakan pemerintah itu telah dan akan menghancurkan industri genteng nasional dan lokal.
TS hanya bisa menemui Menteri Sekretaris Negara, Mardjono.
Selain surat protes atas kebijakan asbes itu, TS juga menunjukan hasil kunjungannya ke Braunswieg Jerman Barat (1978) bersama ketua DPRD Ajat Sudradjat.
Disana mereka menemukan pabrik yang memproduksi asbes itu telah ditutup lantaran asbes itu mengandung zat kimia asbestosis yang bisa menyebarkan penyakit kanker paru dan kulit terutama anak dibawah usia 12 tahun.
Murdiono yang anggota Dewan Pembina Golkar ( ketuanya Suharto) mengakui kebenaran data dan fakta yang dibawa TS.
“Kamu benar, tapi kamu akan dipecat ” begitu berita yang tersebar waktu itu.
Dan apa yang terjadi ?
Pabrik asbes PT James Hardie (PMA) di Surabaya ditutup.
Kejadian berikutnya , Thomas Sitepu, dipecat dari Golkar. Tamat riwayatnya sebagai anggota DPRD.
Tiba tiba tahun 2020 dia muncul dalam demo tunggal (sorangan wae) di halaman gedung DPRD Jawa Barat. Waktu itu dia meminta presiden Jokowi membuka blokir atas dana milik DNA PRO yang diblokir Kementerian Perdagangan.
TS membandingkan, presiden Jokowi juga telah membuka blokir atas dana milik mafia minyak goreng yang juga diblokir mentri perdagangan Muhammad Luthfi.
Tahun 2022 TS turun lagi demo sorangan wae. Juga di halaman gedung DPRD Jawa Barat.
Kali ini dia memprotes bansos/BLT yang dianggapnya tidak adil dan merata.
Dan terakhir kemarin, dia mengeluh kepada saya sebagai teman sesama angkatan 66.
Dia bilang sudah mengirim nota kepada Presiden Prabowo.
Kepada saya dia bilang itu dana diblokir di BCA malahan raib. Diduga digondol para pejabat dan elit partai politik.
Jumlahnya bisa puluhan bahkan ratusan trilyun.
Punya DNA PRO saja mencapai Rp 22 trilyun. Di BCA TS juga mengaku ada dana milik NED89 yang juga diblokir dan hilang.
Sekedar memblokir, kalau itu haknya oke, tapi uangnya kemana? Kok raib. Itu perbuatan korup dan presiden Prabowo hrs meringkus tikus tikus NKRI ini agar rdk jadi bibit revolusi.. teriak TS dalam telpon kepada saya. ***