Home / Artikel

Rabu, 27 November 2024 - 09:01 WIB

KATA UNESCO MINAT BACA MASYARAKAT INDONESIA SANGAT RENDAH 

koransakti - Penulis

Oleh : DEDI ASIKIN

Koran Sakti.co.id- Jika pak guru Landung yang menjadi prototipe lagu Guru Umar Bakri ciptaan Iwan Fals masih hidup, usianya sudah 98 tahun.

Wow super lansia itu. Yang pasti kata Iwan tahun 2019 beliau masih ada, jualan mie godog di Cimahi.

Dalam kondisi setua itu beliau pasti merasa sedih dan kecewa. Sepanjang hidupnya dia konsern berusaha membuat banyak orang bisa membaca.Dengan sukarela orang orang yang dia temui di sepanjang jalan dan masih buta huruf, dia ajarin membaca.Beliau juga dikirim bung Karno ke Malaysia untuk membantu program Pemberantasan Buta Huruf disana.

Beliau pasti sedih mendengar berita ini.

Pada bulan Januari 2020 , UNESCO (United Nation Educational and Cultural Organization) , organisasi sayap PBB yang mengurusi urusan pendidikan dan kebudayaan, mewarning (ngingetin) pemerintah Indonesia bahwa minat baca (interest in reading) masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang hanya 1 orang saja yang masih punya kebiasaan membaca ( reading habbit).

Waduh bahaya eta.

Menurut BPS ada beberapa faktor yang menjadi sebab demikian adanya :

– Aksesebilitas

Banyak masyarakat terutama di pedalaman dan daerah terpencil yang sulit menjangkau sekolah dan perpustakaan.

– Kurang jumlah sekolah, kurang guru berkualitas dan bahan ajar,

– Kurang daya dukung keluarga

– Kurang waktu terutama di perdesaan. Boro boro membaca seharian kerja di ladang.

– Kemiskinan, boro boro beli bahan bacaan, buat beli beras saja mpot mpotan.

Baca juga :   Wako Ahmadi Hadiri Pelantikan IDI dan MKEK Periode 2022-2025.

Ini semua nyaris menendang kening pemerintah.

Padahal membaca itu sumber ilmu. Ilmu itu sumber kecerdasan. Kecerdasan itu pangkal kemudahan dalam kehidupan. Orang pinter itu cari kerja saja mudah.

Katanya lagi, kecerdasan itu juga jalan meraih kekayaan.

Ada cerita yang bisa dijadikan suri tauladan.

Awal abad ke 19 ada gerakan Yahudi Pintar. Gerakan itu dipicu masyarakat Yahudi yang berpencar di perantauan. Mereka sudah jengah hidup sebagai petani miskin.

Caranya mereka harus melahirkan anak yang sehat, kemudian diwajibkan untuk belajar di sekolah. Belajar di sekolah basisnya, calistung. Membaca , menulis dan berhitung.

Apa yang terjadi ?

Awal abad ke 20 sudah banyak orang Yahudi yang pintar.

Dari tahun 1901 sampai 2023 ada 192 orang Yahudi yang memperoleh hadiah Nobel atau Nobel award. Itu setara 23 % dari sekitar 900 penerima hadiah Nobel dari berbagai katagori di seluruh dunia.

Jangan bandingkan dengan Indonesia.Negara berpenduduk hampir 280 juta itu belum pernah ada yang dapat. Baru sebatas nominasi (calon).

Pramudya Ananta Tur mendapat nominasi bidang sastra kerena beberapa novelnya yang berkait dengan kamp Pulo Buru antara lain Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa.

Kemudian Yusuf Kalla dan Susilo Bambang Yudoyono hampir dapat nobel kategori Perdamaian. Mereka masuk nominasi katagori perdamaian kerena berhasil mengakhiri perang dengan GAM ( Gerakan Aceh Merdeka), yang sudah berlangsung selama 30 tahun.

Tapi semua gugur kandung, tak jadi mereka dapatkan.

Baca juga :   UMAR BAKRI PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

Bahwa ada pendapat kecerdasan juga berpeluang jadi orang kaya simaklah hasil penelitan Forbes, majalah bisnis tertua di Amerika ( terbit sejak 1917).

Menurut Forbes ada 267 orang Yahudi yang kekayaan diatas Rp.15 trilyun. Yang tertinggi (2023) adalah Larry Elison, penemu dan pengusaha google dengan kekayaan edun suredun, Rp.1.543 trilyun.

Orang Yahudi juga banyak yang jadi thinkthank kebijakan ekonomi Amerika.

Kerena itulah antara lain Amrik terus mendukung dan melindungi Israel. Dibela belain segera mengirim kapal induknya ke laut Merah ketika pecah perang Israil- Palestina ( Gaza) 17 Oktober 2023 lalu.

Cerita ini saya pastikan tidak dalam kapasitas mencampuri benang kusut antara Israel-Palestina. Saya tidak terjebak dikotomi itu.

Tetapi sekadar catatan saja, banyak orang Yahudi yang tidak setuju perang saudara yang berkepanjangan itu.

Bahkan ada golongan Yahudi ortodoks yang menentang dan menolak wajib militer.

Mereka juga banyak yang ikut demo menentang kebijakan PM Benyamin Netanyahu.

Saya hanya ingin menghargai keberhasilan orang saja. Ibarat kata, kalau telur meski dari pantat ayam, ambil saja. Wuenak dan bergizi.

Sekarang kita berharap negara bisa mengambil tugas dan tanggung jawab, menaikan minat (interest)dan kebiasaan ( habbit) membaca anak bangsa, supaya banyak bangsa awak yang pintar dan cerdas. Supaya ada yang dapat nobel award. Supaya lebih banyak lagi orang Indon yang kaya raya.

Aamiin Allahuma aamiin . ***

Berita ini 12 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Artikel

LUHUT BILANG UANG PEMERINTAH BANYAK, BANYAK DARI HONGKONG ?

Artikel

Peran Media dan Humas dalam Melestarikan Budaya

Artikel

KORUPSI MENGGURITA DARI KOTA SAMPAI DESA

Artikel

Kampanye Ajang Adu Gagasan Bukan Yang Lain

Artikel

SANTRI ITU PEJUANG

Artikel

ISENG ISENG LAPOR, LAPOR ISENG ISENG

Artikel

SOSOK GURU UMAR BAKRI YANG MENGINSPIRASI IWAN FALS

Artikel

16 BANK RONTOK KESODOK BANK EMOK