koransakti.co.id – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memberikan tanggapan atas kritik yang dilontarkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa, yang menilai Pertamina “malas-malasan” dalam membangun kilang baru. KPI menegaskan bahwa salah satu proyek strategis nasional, Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, terus berjalan dan progresnya kini telah mencapai 96,5 persen.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menyatakan bahwa proyek RDMP Balikpapan kini bahkan telah memasuki fase krusial, yaitu tahap uji coba peralatan (commissioning) dan awal pengoperasian (start-up).
Kritik Menkeu Purbaya
Sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI pada Selasa (30/9), Menkeu Purbaya mengkritik Pertamina karena tidak pernah membangun kilang baru selama puluhan tahun. Menurutnya, hal ini menyebabkan Indonesia terus bergantung pada impor BBM yang membebani kas negara.
“Sudah puluhan tahun kan? Kita pernah bangun kilang baru enggak? Enggak pernah. Sejak kecil sampai sekarang enggak pernah bangun kilang baru. Jadi kilang itu bukan kita enggak bisa bikin, cuma Pertamina malas-malasan aja,” ujar Purbaya.
Jawaban dan Progres dari Pertamina
Menjawab kritik tersebut, Taufik Aditiyawarman memaparkan progres signifikan dari proyek RDMP Balikpapan. Ia menjelaskan bahwa sejumlah fasilitas utama dan unit pendukung telah mulai beroperasi (start-up), seperti:
- Unit revamping pengolahan minyak mentah.
- Fasilitas gas Senipah dan tangki penyimpanan crude.
- Berbagai utilitas utama seperti pembangkit listrik (GTG) dan sistem pendingin.
- Unit baru Saturated LPG Treater untuk membersihkan LPG dari zat pengotor.
“Kehadiran fasilitas-fasilitas ini telah meningkatkan efisiensi operasional kilang serta memperkuat infrastruktur energi nasional,” jelas Taufik, Rabu (1/10/2025).
Tingkatkan Kapasitas dan Kurangi Impor LPG
Proyek RDMP Balikpapan memiliki tiga tujuan utama. Pertama, meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260.000 barel per hari menjadi 360.000 barel per hari. Kedua, meningkatkan kualitas produk BBM dari standar Euro 2 menjadi setara Euro 5 yang lebih ramah lingkungan.
Selain itu, proyek ini ditargetkan mampu meningkatkan produksi LPG dari 48.000 ton per tahun menjadi 384.000 ton per tahun. Kenaikan ini berpotensi menurunkan angka impor LPG nasional sekitar 4,9 persen.
Taufik juga menambahkan bahwa unit utama lainnya, yaitu Residue Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang akan mengolah residu menjadi produk bernilai tinggi, direncanakan beroperasi pada kuartal IV tahun ini. Proyek ini juga terbukti memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar dengan menyerap hingga 24.000 tenaga kerja pada puncak konstruksinya.















