Home / Artikel

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 04:35 WIB

Rezeki Dari Allah 180 Santri Dhuafa Gratis di Pontren Darul Inayah

koransakti - Penulis

Oleh : DEDI ASIKIN (Wartawan Senior)

Koran Sakti.co.id, Bandung- Tahun 2013 , kami Kelompok Kerja Wartawan Kementerian Agama, bersama sejumlah aktifis (LSM) ELPAGA, Elemen Masyarakat Pemerhati Kementerian Agama dan Masalah Keagamaan, mengadakan acara Tour d Pesantren. Sekitar 40 pondok pesantren di Jawa Barat dan Jakarta sempat kami sambangi. Di beberapa pondok malahan kami nginap.

Secara umum kesan yang kami dapat, perjalanan itu sangat mengesankan dan menyenangkan.

Kiyai dan santri itu adalah orang orang santun. Someah hade ka semah.

Terlepas dari kondisi fisik pesantren itu, apakah sederhana bahkan ada yang sangat prihatin. Kobong reyot, dihuni berdesakan kaya ikan sarden di dalam kaleng, atau ada juga pondok yang sudah berkembang pesat dengan gedung mentereng, sama saja. Mereka hidup dan bekerja dengan hati dan budi.

Dari perjalanan sekitar sebulan itu, banyak kesan dan pengalaman unik dan menarik. Saya sudah membukukan kisah perjalanan itu dengan judul NO’ONG KOBONG ” tahun 2015.

Salah satu yang unik dan menarik, ada di pondok Darul Inayah di kampung Cipeusing desa Kertawangi kecamatan Cisarua kabupaten Bandung Barat.

Pondok itu berada di perbukitan sehingga udaranya sejuk, dengan angin bertiup semilir.

Kami dijemput pimpinan pondok KH Asep Sodikin berserta seluruh civitas pondok, dan para santri.

Lalu dikawal berjalan kaki menuju ruang pertemuan. Lagu khasidahan ala Timur Tengah mengawal iringan berjarak sekitar 200 meter itu.

Apa unik menariknya itu ?

Ternyata 180 orang santri dan santri watinya, semua orahg dhuafa. Kaum tak berpunya dan yatim piatu.

Baca juga :   Charta Politika Rillis Survey Terbaru di Tanjabtim, Elektabilitas Romi Hariyanto - Sudirman 71,8 % unggul Jauh Dari Alharis - Abdullah Sani yang Hanya 18,8%.

Ada yang datang diantar orang tuanya dan menyatakan tidak mampu membayar.

Ada yang ditemukan petugas pemerintah, dinas sosial atau Satpol PP atau orang perorang yang menemukannya bergelandang di jalanan.

Semua kami terima, tidak ada satupun yang ditolak.

Mereka itu berasal dari berbagai daerah. Ada dari Cianjur, Bekasi, Jakarta, Kebumen. Bahkan dari Lampung dan Palembang.

Disini mereka (para santri) tinggal di kobong gratis, belajar tak usah bayar, makan gratis. Bahkan ada beberapa yang kami biaya kuliah di beberapa perguruan tinggi, jelas KH Asep.

Untuk makan saja, tiap hari kami masak 50 kg beras.

Ketika saya tanya, dari mana biayanya, dengan khidmat kiyai menengadahkan kedua tangannya keatas, Dari Allah katanya lirih.

Ketika sedang ngobrol pak kiyai pamit keluar kerena ada tamu.

Tak berapa lama beliau masuk lagi. Tangan kanannya memegang sebuah amplop yang diyakini berisi rupiah. Lumayan tebal.

Barusan itu ada orang yang tidak saya kenal, menyampaikan amplop, katanya dia diminta seseorang, yang juga tidak dia kenal , untuk menyampaikan amplop itu kepada pak kiyai.

Aneh suraneh itu. Tapi kuasa Allah tak ada yang salah.

Kerena itulah kiyai selalu menjawab itu rezeki dari Allah untuk santri santri dhuafa dan yatim piatu.

Semua keperluan pondok dan santri dicukupi dari uang infaq shodaqoh.

Diantaranya dari orang tak dikenal, atau minta namanya disembunyikan.

Memang ada usaha pondok yang bisa menambah pemasukan. Dibelakang pondok itu ada lahan sekitar 2 hektar yang ditanami berbagai jenis sayur mayur.

Baca juga :   Tim Verifikator Kementerian LH Lakukan Verifikasi Proklim di Desa Talang Lindung, Pertanian Organik Salah Satu yang Jadi Perhatian 

Ada kentang, terong, bonteng, wortel, kacang dll.

Semua itu diurus para santri secara gotong royong.

Seorang putra kiyai mengatakan, ada beberapa donatur tetap yang tiap bulan memberi bantuan. Ada beras atau uang. Nilainya sekitar Rp.4 jutaan. Padahal pengeluaran sehari hari ada sekitar Rp.400 ribu.

Selain itu, selebihnya mereka juga senantiasa memohon rezeki melalui doa dan dzikir. Setiap malam mulai jam 03.00 sampai datang waktu subuh melakukan sholat tahajud berjamaah.

Nama resmi pondok itu Pondok Pesantren Yatim Piatu dan Dhuafa Darul Inayah. Didirikan oleh KH Yoyo Toha ( ayahanda KH Asep Sodikin). Kiyai Toha hijrah dari Garut tahun 1942.

Tahun 1950 mulai mengajar ngaji anak anak sekitar dan mendirikan masjid diatas tanah wakaf seluas 50 bata (700 meter2).

Setelah ngobrol dengan kiyai, sejumlah ustadz dan para santri selama 5 jam, kami pamit pulang.

Eh ndilallah ( kersaning gusti, bahasa Jawa kuno) , di salah satu mobil kami telah bertengger 2 karung besar. Isinya berbagai jenis sayur mayur.

Lumayan manawi tiasa ngaraosan hasil tatanen barudak santri, kata kiyai Asep sambil manggut manggut.

Ini kalau kata orang sunda mah , balaka tiktik balaka combrang .

Beuteung butiktik bertekat meunang.

Ya dikasih makan ya dibekelin lagi.

Beberapa kali saya bungkuk bungkukin kepala.

Hatur nuhun pak kiyai , terima kasih adik adik santri, para pencari ilmu dan menjaga moral.

Jazakumullah khairan***

 

 

 

 

Berita ini 33 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Artikel

ECHO CHAMBER KAMPANYE PILKADA 2024

Artikel

PRABOWO DIMINTA USUT DANA INVESTASI BODONG DIBLOKIR NEGARA 22 TRILYUN MENGUAP

Artikel

DANA INVESTASI BODONG YANG RAIB BISA RATUSAN TRILYUN, THOMAS SITEPU BERUSAHA TEMUI PRESIDEN

Artikel

BERMULA DARI RUANG KECIL DI KAUMAN, MUHAMMADIYAH JADI THE BIG ISLAMIC ORGANIZATION 

Artikel

MENUJU PETANI MAJU

Artikel

HARI SAWIT INDONESIA YANG MENGGIGIT DAN YANG DIGIGIT

Artikel

BERGURU TANI KE THAILAND 

Artikel

MEMILIH PEMIMPIN BAGAI MEMBELI KUCING DI RUANG KACA