Home / Artikel

Selasa, 14 Januari 2025 - 11:02 WIB

HARI DHARMA SAMUDERA MEWARISKAN HEROISME JALASVEVA JAYAMAHE 

koransakti - Penulis

Oleh :DEDI ASIKIN

Koran Sakti.co.id- Mungkin banyak orang lupa atau tidak boleh jadi ada yang belum tahu bahwa tanggal 15 Januari adalah hari Dharma Samudera itu bahasa sansekerta yang berarti berbakti kepada Laut.

Menurut laman Kemendikbud penulisan yang benar dalam bahasa Indonesia adalah Darma Samudra.

Bahasa sansekerta memang banyak menggunakan sisipan huruf h dan e.

Ternyata banyak kata kata bahasa sansekerta yang diterapkan dalam bahasa Indonesia. Itu konon terjadi berkat dua agama (Hindu-Budha) pernah dianut penduduk Nusantara ini. Selain itu kata dalam bahasa sansekerta memiliki keindahan dan nilai estetika.

Beberapa nama orang yang berasal dari bahasa sansekerta, Aditya, Mahendra, Saraswati, Swastika dll

Hari Dharma Samudera dengan itu ditetapkan mengambil momen tenggelamnya kapal (KRI) Macan Tutul di laut Arafuru perairan pulau Aru Maluku.

Kapal MT yang belum lama dimiliki TNI Angkatan Laut tenggelam dalam tugas rahasia dengan sandi STC.9 (Satuan Tugas Chusus) 9.

Mereka, 3 KRI (Macan kumbang, Harimau dan Macan Tutul) tanggal 9 Januari 1962 , berangkat dari Tanjung Priok Jakarta menuju Papua.

Tugas utamanya melakukan pengintaian kesemaktaan tentara Belanda yang masih bercokol di Irian Jaya.

Operasi STC.9 merupakan inflementasi dari Trikora (Tri Komando Rakyat) yang dikeluarkan oleh presiden Soekarno.

Trikora itu kontennya adalah :

1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua,

2. Kibarkan bendera merah putih di Irian Jaya,

3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan dan kesatuan tanah air dan Bangsa.

Belanda itu telah mengingkari kesepakatan bersama dalam Konferensi Meja Bundar awal 1949 di Denhag. Menurut kesepakatan itu Belanda harus menyerahkan seluruh wilayah jajahan di Indonesia tanggal 27 Desember 1949. Tapi itu diingkari. Mereka tetap menguasai wilayah timur Indonesia itu.

Baca juga :   Rezeki Dari Allah 180 Santri Dhuafa Gratis di Pontren Darul Inayah

Kerena itu Indonesia berusaha mengambilnya dengan kekuatan senjata. Dan hal itu itu yang membuat keluarnya Trikora itu.

Tapi operasi senyap STC.9 itu, tercium Belanda.

Lalu mereka menjemput dengan tujuan menghadang tiga KRI itu.

Dan itulah yang terjadi.

Ketika iring iringan tiga KRI itu sampai di perairan Arafuru, mereka menghadangnya. Sebagai komandan tim dan KRI Macan Tutul, Komodor Laut Yos Sudarso memerintah untuk balik arah menghindari perang.

Tapi Macan Tutul sendiri mengalami kerusakan teknis dan belok kembali berhadapan dengan moncong kapal musuh. Belanda mengira Macan Tutul akan menyerang. Maka merekapun mendahului memuntahkan senjata ke arah Macan Tutul dan mengenai sasaran. Dalam kebocoran lambung, kapal itu terancam tenggelam.

Dalam keadaan gawat begitu, Yos Sudarso masih menyampaikan perintah, “kobarkan semangat tempur”.

Tetapi apa boleh buat, perlahan tapi pasti,MT menuju dasar laut Arafuru.

Seluruh anggota termasuk Komodor Laut Yos Sudarso sendiri terkubur dan dinyatakan gugur.

Sementara Kol laut Sudomo yang ada di kapal Harimau selamat dan bisa kembali ke Jakarta.

Pemerintah mengambil momen peristiwa itu menjadi hari Dharma Samudera yang diperingati setiap tanggal 15 Januari.

Sebenarnya ada dua hal yang kontroversi dalam kejadian itu.

Di satu sisi kita berkabung dengan terkuburnya 1 kapal dengan pasukan dan seorang Komodor senior yang menjabat wakil panglima angkatan laut.

Tapi dilain pihak yang menjadi pertimbangan ditetapkannya sebagai hari Dharma Samudera adalah heroisme yang diperlihatkan oleh seorang Yos Sudarso. Meski sudah terkepung dan kapal sudah bocor bukan menyerah tapi masih mengumandangkan perintah kobarkan pertempuran.

Ini sebuah heroisme dan patriotik yang harus jadi contoh dan teladan bagi semua angkatan dan generasi.

Baca juga :   Diduga Rekapitulasi Suara di  Kecamatan Gunung Raya Terjadi Kecurangan

Komando Yos Sudarso “kobarkan semangat tempur” selalu dijadikan bagian dari kalimat Thema peringatan.

Tahun 2025 misalnya thema yang diambil adalah ” kobarkan semangat tempur prajurit Jalasenastri yang tangguh, profesional dan modern “.

Atas jiwa’ heroisme dan patriotiknya itu, pemerintah telah memberi penghargaan :

– Gelar pahlawan Nasional (1973),

– Dianugerahi bintang Dharma Samudera,

– Pangkatnya dinaikan menjadi Laksamana muda,

– Namanya diabadikan menjadi nama KRI Yos Sudarso.

Semangat tempur prajurit Jalasenastri sejalan dengan motto Angkatan laut “Jalasveva Jayamahe” yang berarti di laut kita Jaya atau justru Dilaut kita menang.

Semboyan itu juga relevan dengan jiwa pelaut nenek moyang kita.

Saya teringat sebuah lagu anak anak yang ceria dan patriotik.

Lagu itu berjudul “Nenek moyangku seorang pelaut” dicipta oleh ibu Sud atau Saridjah Niung tahun 1940.

Waktu di SR dulu kami diajari dan senang menyayikan lagu itu.

“Nenek moyangku seorang pelaut, Gemar mengarung luas samudera, Menerjang ombak tiada takut. Diterjang badai sudah biasa”

Tugas Angkatan Laut sekarang adalah menjaga kedaulatan laut kita.

Jangan sampai ikan kita dicuri nelayan asing. Kata Susi Pudjiastuti menteri KKP nilai ikan kita yang dicuri nelayan asing mencapai Rp 30 triliun setahun.

Maka itu Susi greget dan perintahkan tenggelamkan itu kapal pencuri.

Angkatan Laut kita juga harus menindak PIK2 yang dengan memanipulasi PSN ( Proyek Strategi Nasional) seenak udel saja membangun benteng di tengah laut.

Emang itu laut punya nenek moyang Aguan alias Sugianto Kusuma.

Nenek moyang dia mah ada di RRC.

Enak aja.***

 

Berita ini 22 kali dibaca

Share :

Baca Juga

Artikel

KORUPTOR DISURUH TOBAT TOMAT KALI  HABIS TOMAT KUMAT LAGI

Artikel

KASUS INVESTASI BODONG DITANGAN KEJAGUNG 

Artikel

MAFIA DIMANA MANA DARI KOTA SAMPAI DESA

Artikel

KASUS OCCRP MIRIP MIRIP TABLOID MONITOR 1990

Artikel

SANTRI ITU PEJUANG

Artikel

PT Timah Dorong Kemandirian Disabilitas Lewat Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan

Artikel

Noviar Zen For Walikota Sungai Penuh 2024

Artikel

GENCATAN SENJATA DENGAN 50 JUTA TON PUING RERUNTUHAN